SAYYIDINA ALI dan ORANG NASRANI
Sayyidina
Ali sangat terkenal sebagai seorang Khalifah yang adil. Ia tak mau
menang sendiri terhadap rakyatnya dalam persoalan apapun. Setiap urusan
selalu diupayakan untuk diselesaikan melalui jalur hukum, sesuai dengan
aturan yang sebenarnya. Di antara fakta yang membuktikan keadilannya itu
ialah, ketika terjadi persengketaan tentang baju besi.Suatu
ketika ia melihat baju besinya berada di tangan seorang Nasrani, yakni
rakyat biasa, bukan orang berpangkat. Kemudian beliau adukan perkaranya
kepada hakim bernama Syuraih supaya disidangkan. Persidangan dimulai.
Mula-mula Sayyidina Ali berkata : “Baju besi ini adalah milikku. Aku tak pernah menjualnya ataupun memberikannya kepada siapa pun.” Hakim minta keterangan dari pihak tertuduh : “Bagaimana sikapmu atas tuduhan Amirul Mukminin tadi?” Ia menjawab : “Baju besi ini adalah milikku sendiri. Apa yang diutarakan olehnya adalah bohong belaka.” Kembali hakim mengajukan pertanyaan kepada Ali : “Adakah bukti nyata atau saksi mata yang menguatkan tuduhanmu?”. Ia pun tertawa sambil berkata : “ Benarlah Syuraih, aku memang tak punya bukti.” Karena tak ada bukti, maka Syuraih menjatuhkan vonis, bahwa baju besi adalah hak si tertuduh. Seusai sidang si Nasrani pulang dengan membawa baju besinya, sedangkan Ali hanya memandang kepadanya. Namun baru beberapa langkah, si Nasrani itu kembali lagi lalu berkata : “Saya
bersaksi bahwa hal semacam ini adalah akhlak para Nabi. Seorang
Khalifah membawaku ke majlis hakim untuk menyelesaikan perkara.” Selanjutnya ia mengaku : “Demi Allah, sebenarnya ini adalah baju besimu wahai Amirul Mukminin, saya telah berbohong dalam persidangan tadi.”Setelah
peristiwa itu orang menyaksikan laki-laki itu menjadi seorang laskar
yang paling tangguh dan pahlawan paling pemberani dalam peperangan
membela Sayyidina Ali melawan kaum Khawarij di Nahrawan.
KISAH 2
ALI BIN ABI THALIB dan ASHIM BIN ZIYAD
Diriwayatkan
bahwa Khalifah Ali datang ke rumah salah seorang sahabatnya di Basrah.
Namanya Ala’ bin Ziyad al-Haritsi. Ketika beliau melihat rumahnya yang
sangat besar beliau berkata : “Apa yang engkau lakukan dengan rumah
yang sangat besar seperti ini? Di dunia ini? Sedangkan di akhirat engkau
lebih membutuhkan rumah yang luas. Jika engkau mau, dapatlah engkau
mencapai akhirat dengan rumah yang besar ini. Jamulah tamu-tamu dan
kuatkanlah silaturahmi di rumah ini. Dengan demikian engkau dapat
mencicipi akhirat dengan rumah ini.”Wahai Amirul Mukminin, kata Ala’ bin Ziyad. “Aku mengadu kepadamu tentang saudaraku, Ashim bin Ziyad.” “Bagaimana tentang dia?,” Tanya Khalifah. “Dia selalu berselimut dan tidak peduli dengan urusan dunia,” jawab Ala’. “Suruh dia kemari.” Ketika Ashim datang kepadanya, beliau berkata : “Wahai
orang yang memusuhi dirinya sendiri, engkau dibuat gila oleh
perbuatanmu yang jelek. Tidakkah engkau kasihan kepada keluarga dan
anakmu? Apakah engkau berpendapat bahwa Allah menghalalkan hal-hal yang
baik untukmu, sementara Dia membencimu untuk memanfaatkan hal-hal baik
itu?” “Wahai Amirul Mukminin, tuan sendiri berpakaian kasar dan makanan
tuan adalah makanan yang tidak enak.” Kata Amirul Mukminin,
“Saya tidaklah seperti engkau. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan
kepada pemimpin-pemimpin yang adil, supaya mengukur dirinya dengan orang
paling lemah di antara rakyatnya, agar orang-orang yang fakir tidak merasa menderita dengan kefakirannya.”
KISAH 3
PENGHORMATAN TERHADAP KHALIFAH
Dalam
perjalanan menuju negeri Syam, Sayyidina Ali melewati kota Anbar yang
sedang diduduki bangsa Persia. Mendengar kedatangannya, pemuka-pemuka
kota Anbar beserta penduduknya keluar berbondong-bondong dan berkerumun
berjejal-jejal di sekeliling Sayyidina Ali. Mereka menyambut hangat kedatangannya. Melihat itu, Sayyidina Ali pun bertanya : “Apa maksud kamu sekalian berbuat demikian?” Kata mereka, “Adalah
tradisi kami untuk mengagungkan pemimpin-pemimpin kami.” “Demi Allah,
perbuatan demikian tidaklah bermanfaat bagi pemimpin-pemimpin, dan kamu
benar-benar telah menyulitkan dirimu sendiri, baik di dunia maupun di
akhirat nanti. Alangkah ruginya orang-orang yang mendapat kesulitan di
dunia sedangkan di akhirat mereka ditimpa siksa pula, dan alangkah
untungnya orang-orang yang tidak mendapat kesulitan di dunia, sementara
di akhirat pun mereka dijauhkan dari api neraka.”
SUMBER : http://buletinmitsal.wordpress.com/kisah-dan-hikmah/sayyidina-ali-dan-orang-nasrani/
0 comments:
Post a Comment