Suasana di Mesir, Kamis (15/8), masih dalam
keadaan gawat setelah pasukan keamanan menyerbu kemah para pemrotes di
Kairo yang mendukung presiden terguling, Muhammad Mursi, dalam serangan
berdarah di seluruh penjuru negeri yang disebut menelan korban jiwa 278
orang.
Serangan berdarah itu dimulai pada Rabu (14/8) ketika matahari baru
saja terbit dari ufuk timur. Pasukan keamanan mengepung bundaran Rabaa
Al Adawiya, Kairo, yang menjadi titik konsentrasi demonstran pendukung
Mursi.
Para saksi mata mengatakan kepada koresponden AFP bahwa mereka melihat pasukan keamanan Mesir menembakkan gas air mata sebelum menyerbu bundaran Rabaa Al Adawiya.
Setelah penembakan gas air mata itu, pasukan keamanan dilaporkan
langsung merangsek masuk Rabaa Al Adadiya sehingga menimbulkan kepanikan
di kalangan ribuan demonstran yang membangun kamp segera setelah Mursi
digulingkan militer pada 3 Juli.
Pria-pria yang mengenakan masker gas, merebut kaleng gas air mata dan
mencelupkannya ke peti kemas air. Sementara di panggung utama dekat
masjid kamp itu, para demonstran memekikkan "Allahuakbar".
Bentrokan segera meletus antara para pemrotes dan pasukan keamanan di
satu sisi kamp itu. Suara tembakan senjata otomatis terdengar di taman
itu. Tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan itu.
Gambar televisi menunjukkan mereka yang cedera dibawa ke satu pusat
medis. Sementara, polisi menarik paksa para pemrotes yang menolak
sejumlah ultimatum pemerintah untuk menghentikan demonstrasi-demonstrasi
mereka.
Para pemimpin demonstrasi yang mengenakan masker gas berdiri di satu
panggung. Sementara, kelompok orang yang mengenakan pelindung muka
berdiri menghadapi gas air mata saat buldoser-buldoser merobohkan kamp
itu.
Polisi melarang wartawan masuk ke kamp itu. Kementerian Dalam Negeri
Mesir mengatakan sekitar dua jam operasi itu, pasukan keamanan telah
menguasai sepenuhnya Taman Al Nahda yang menjadi salah satu titik
konsentrasi pendukung Mursi.
''Pasukan polisi berhasil merobohkan sebagian besar tenda-tenda di taman itu," kata kementerian itu.
Seorang perwira keamanan mengemukakan kepada AFP bahwa
puluhan pendukung Mursi ditahan. Gambar televisi menunjukkan para
pemrotes yang ditangkap itu duduk di lapangan dengan tangan diborgol dan
dijaga pasukan keamanan.
Para keluarga bersama dengan anak-anak mereka yang membawa tas-tas plastik terlihat dikawal polisi keluar dari taman itu.
Segera setelah polisi melancarkan tindakan itu, para pendukung Mursi
yang marah dengan tindakan brutal militer itu memblokade beberapa jalan
ibu kota itu. Mereka membakar ban-ban mobil hingga menimbulkan asap
hitam di atas lokasi itu.
Pemerintah Mesir lewat Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam
Negeri mengklaim korban tewas mencapai 278 orang. Tapi, Ikhwanul
Muslimin menyatakan serangan berdarah pihak militer Mesir telah
merenggut 2.200 korban meninggal dan 10.000 korban luka-luka.
Sumber : http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/08/15/mrkb9n-kronologi-tragedi-berdarah-mesir

0 comments:
Post a Comment