Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti 'percaya'. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) -- yukminu' (يؤمن) yang berarti 'percaya' atau 'membenarkan'.
Perkataan iman yang berarti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: "Dia (Muhammad)
itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para
orang yang beriman." Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan
Rasul.
Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati
yang diucapkan dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki
prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu
keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam
hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya sama, maka orang
beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang yang
memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali
menguraikan makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan
pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun
(anggota-anggota)."
Dalam Buku Ensiklopedia Islam Karya Syaik Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri,dikatakan bahwa Iman adalah
“Iman ialah tambatan hati yang menggema kedalam seluruh ucapan dan menjelma kedalam segenap laku perbuatan”.
Dan masing-masing dari kedua kemungkinan ini akan memberikan konsekuensi ruang lingkup pengertian yang begitu berbeda dan tajam kepada istilah Iman.
Hadits Ibnu Majah diatas membuktikan bahwa ruang lingkup Iman mencakup tiga aspek kehidupan manusia, yaitu meliputi seluruh isi hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan.
Ketiga aspek tersebut yaitu isi atau ketetapan hati, seluruh ucapan dan segenap laku perbuatan adalah satu kebulatan hidup manusia dalam arti kebudayaan dan peradaban.
Untuk lebih ringkas dan tajam maka masalah bagian isi hati dan ucapan yang memberi dan menyatakan pernilaian dan pandangan, misalnya “Matahari berputar tetap pada sumbunya – Surat 036 Yasin ayat 38 - Wasy syamsu tajri li mustaqarril lahaa dzaalika taqdiirul’aziizil aliim dsb.
Kita simpulkan menjadi pandangan hidup; dan bagian isi hati dan ucapan yang mengenai dan mencakup seluruh laku perbuatan manusia kita simpulkan menjadi sikap hidup.
Dengan demikian maka hadits diatas, untuk lebih singkat dan mendekati hakikinya, kita terjemahkan menjadi Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup. Ruang lingkup Iman ialah Pandangan dan Sikap Hidup ini,
Dengan perkataan lain, oleh Surat 002 Al-Baqarah ayat 165 merumuskan demikian :
Wa minan naasi may yattakhidzu min duunillaahi andaaday yuhibbuunahum ka hubbillaahi wal ladziina aamanuu asyad-du hubbal lillaahi wa lau yaral ladziina zhalamuu idz yaraunal 'adzaaba annal quwwata lillaahi jamii'aw wa annallaaha syadiidul 'adzaab.
Artinya :
165 “ Dan sebagian manusia adalah orang yang memperlakukan ajaran selain Allah (Al-Qur’an ms Rasul-Nya) menjadi Pembina pandangan & sikap hidupnya. Mereka mencintai yang demikian itu seperti mencintai ajaran Allah ms Rasul-Nya. Tetapi yang benar-benar ber-Iman (hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an ms Rasul-Nya) adalah sangat rindu untuk hidup dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya. Dan jikalaulah yang berlaku dzulumat ms Syayathin itu sudi melihat (dengan pandangan al-Qur’an ms Rasul-Nya) niscaya pada saat itu akan melihat laku perbuatan dzulumat ms syayathin satu siksa nestapa bahwa sebenarnya kekuatan hidup tangguh itu adalah dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya secara bulat. Dan Allah, dengan pembuktian Al-Qur’an ms Rasul-Nya, adalah pembalas kehidupan sangat jahat atas pilihan dzulumat ms syayathin biadab”.
165. Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Dengan demikian maka istilah Iman ialah pandangan dan sikap hidup sama dengan “ Sangat rindu untuk hidup “ atau “ dipuncak kerinduan “ atau “dilambung cinta / rindu untuk hidup dengan ajaran Allah (Al-Qur’an ms Rasul).
Demikianlah konsekuensinya jikalau kata kerja “aamana-yukminu-mukminun” pembentukan bentuk katanya adalah alternative dari kata benda (isim) yaitu menurut hadis yang kita sitir diatas.
Dan hal ini akan bertolak belakang dengan alternatif pembentukan dari kata kerja tiga huruf pokok. Konsekuensi yang lebih jauh, untuk melogiskan “Iman = percaya” maka sistematik Iman digusur pula menjadi Tauhid, Fikih, Ahlak dan Tasauf.
Akibatnya Al-Qur’an ms Rasul yaitu “hudan lil muttaqien” hampir tidak fungsional dalam kenyataan hidup ini. Kesemua ini otomatis merusak nilai dan harga Iman.
Berdasar pembuktian-pembuktian diatas maka kita tarik definisi Iman menjadi sebagai berikut :
1) Iman, secara umum, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul dan atau dengan ajaran-ajaran selainnya yakni ms syayathin. Dan orang yang demikian dinamakan mukmin seumumnya.
2) Iman, secara khusus, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul, dinamakan Iman yang haq(obyektif).
Dan orang yang demikian dinamakan mukmin yang haq artinya mukmin yang obyektif dengan al-Qur’an ms Rasul sebaliknya pandangan dan sikap hidup dengan ajaran-ajaran selain Allah (al-Qur’an) ms Rasul, yakni ms syayathin ialah Iman bathil atau kufur.
Dan orang yang demikian dinamakan mukmin bathil atau kafir.
1) Iman, secara umum, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul dan atau dengan ajaran-ajaran selainnya yakni ms syayathin. Dan orang yang demikian dinamakan mukmin seumumnya.
2) Iman, secara khusus, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul, dinamakan Iman yang haq(obyektif).
Dan orang yang demikian dinamakan mukmin yang haq artinya mukmin yang obyektif dengan al-Qur’an ms Rasul sebaliknya pandangan dan sikap hidup dengan ajaran-ajaran selain Allah (al-Qur’an) ms Rasul, yakni ms syayathin ialah Iman bathil atau kufur.
Dan orang yang demikian dinamakan mukmin bathil atau kafir.

0 comments:
Post a Comment